Kamis, 07 Maret 2013


Kekuatan Sebuah Anggapan
Oleh: Lusi Sulistyaningsih

Judul Film        : Goodbye Bafana
Production     : Thema Production
Durasi Film     :
±2 Jam 5 Menit
Sutradara        : Bille August


Pulau Hobben menjadi salah satu saksi bisu atas terjadinya Politik Apartheid di Afrika Selatan pada tahun 1968. Adalah Mr. Nelson Mandela seorang pemrakarsa yang terlibat langsung dalam adanya pelbagai macam tindak diskriminasi, terutama yang disebabkan oleh adanya stratifikasi etnis yang tidak dapat dihindari yang terjadi pada masa itu. Dimensi sejarah juga mendukung Teori yang dikemukakan oleh Donald L. Noel bahwa etnosentrisme menjadi salah satu penyebab utama adanya stratifikasi etnis di suatu daerah yang sama, Afrika Selatan.
Sama seperti yang telah dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa adanya kesadaran dan faktor pengikat yang sama bahwa sebagai warga kulit hitam yang sama-sama hak kebebasannya  di rampas oleh penduduk berkulit putih, memiliki struktur, kaidah, dan pola perilakuyang sama sebagai penduduk berkulit hitam yang tertindas, serta bersistem dan berproses yang telah mereka lalui, khususnya bagi para aktivis organisasi oposisi yang menginginkan adanya kesamaan hak sebagai warga Negara di Afrika Selatan.
Pada awalnya, kelompok kulit hitam sebagai penduduk pribumi di Afrika Selatan merasa tidak nyaman atas kedatangan kelompok kulit putih ke negaranya, terlebih kulit putih yang semakin menindas mereka setiap hari, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, maupun politik, serta hak-hak mereka yang terampas seiring dengan kesewenang-wenangan kulit putih di negaranya. Hingga pada suatu ketika, saat para aktivis yang tergabung dalam organisasi ANC suatu organisasi oposisi di Lusaka membela dan memperjuangkan adanya persamaan hak di antara warga Afrika Selatan, sejak saat itulah muncul adanya pelbagai konflik dan persaingan antar kelompok kulit putih dan kulit hitam, para pemimpin organisasi-organisasi tersebut dipenjarakan dan diasingkan. Hal ini sesuai dengan teori Graham C. Kinloch yang mendefinisikan bahwa kelompok-kelompok sosial seperti mereka memiliki kriteria tersendiri. Kriteria fisiologis, yang didasarkan pada ciri fisik penduduk yang menetap di sana (Afrika Selatan), berdasarkan warna kulitnya sehingga lahirlah istilah penduduk kulit hitam dan kulit putih yang membatasi mereka. Perbedaan Budaya yang terjadi antara kelompok kulit putih dengan kulit hitam juga memicu timbulnya anggapan bahwa penduduk kulit putihlah yang lebih unggul di sana.
Penduduk kulit putih selalu menganggap bahwa orang kulit hitam adalah kelompok orang yang memiliki martabat yang rendah, gerombolan penjahat, penyebar komunis bahkan komplotan teroris. Ini bukanlah antagonisme atau antipati yang dapat diberantas dengan pendidikan, karena pada faktanya walaupun orang kulit putih yang berpendidikan setinggi apapun di sana tetap saja mengakui dan menganggap bahwa derajat hidup orang negro berada di bawahnya. Namun bukan pula stereotip yang kaku akan suatu kelompok ras dan budaya yag dianut tanpa membuktikan adanya kebenaran citra buruk tersebut. Tetapi hal ini merupakan cara kelompok kulit putih untuk mempertahankan hidupnya dan tinggal di negara asing milik orang lain dengan tujuan untuk menguasai tanpa mempunyai area atau wilayah Negara yang sah untuk ditinggali.
Pada masa itu pula dapat dikatakan sebagai adanya dominasi kulit putih terhadap kulit hitam yang murni untuk memperoleh dan mengeksploitasi sumber daya alamdan dilanjutkan dengan dominasi atas penduduk setempat. Terdapat sekitar 40 juta jiwa kulit hitam yang diperintah oleh 20 juta warga kulit putih. Sama seperti apa yang diungkapkan oleh banton bahwa terdapat pola hubungan antar kelompok pada suatu kelompok ras, yaitu kulit putih yang mendominasi penduduk pribumi untuk mengeksploitasi mineral, bank, industri, dan pelbagai kekayaan sumber daya alamnya yang kemudian dilanjutkandengan dominasi atas penduduk setempat. Lebih tepatnya adalah segregasi, seperti yang diunngkapkan oleh Kornblum bahwa pemisahan antara warga kulit putih dan kulit hitam pada masa Apartheid adalah suatu proses di mana dapat dilihat secara jelas bahwa adanya jurang pemisah antar kelompok mereka. 
Namun para penduduk kulit hitam tak tinggal diam melihat dan mengalami hal ini, mereka membentuk suatu kelompok oposisi yang menggerakkan massa untuk menolak adanya diskriminasi dan memperjuangkan hak-hak hidup mereka. Seperti organisasi ANC yang diketuai oleh Mandela namun karena Ia diasingkan di Pulau Robben, maka perjuangannya digantikan oleh putinya yang melakukan perlawanan bersenjata untuk memprakarsai lahirnya Afrika Selatan Baru yang terlepas dari adanya stratifikasi etnis yang berujung pada tindak diskriminasi di sana.
Pada akhirnya, setelah 20 tahun dipenjarakan karena memberotakdan melakukan segala macam perlawanan sebagai pimpinan pihak oposisi akhirnya Ia mempunyai kesempatan untuk memproklamirkan kemerdekaan orang negro sebagai warga Negara Afrika Selatan yang sah tanpa mengenal adanya pengelompokan pada tahun 1994, Nelson Mandela menjadi presiden pertama Afrika Selatan yang berasal dari golongan kaum kulit hitam. Rezim Apartheid telah berakhir di Afrika Selatan.
Sungguh hebat kekuatan sebuah anggapan yang bahkan terbawa hingga alam bawah sadar suatu kelompok terhadap kelompok lain sehingga menyebabkan timbulnya pelbagai alasan yang tidak rasional dan sukar untuk diberantas. Terlebih jika anggapan-anggapan itu telah mengakar pada benak masing-masing pribadi dan diturunkan kepada generasi-generasi penerus suatu bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar