Kekuatan Sebuah Anggapan
Oleh: Lusi Sulistyaningsih
Oleh: Lusi Sulistyaningsih
Judul Film :
Goodbye Bafana
Production : Thema Production
Durasi Film : ±2 Jam 5 Menit
Sutradara : Bille August
Production : Thema Production
Durasi Film : ±2 Jam 5 Menit
Sutradara : Bille August
Pulau Hobben menjadi salah satu saksi bisu atas
terjadinya Politik Apartheid di Afrika Selatan pada tahun 1968. Adalah Mr. Nelson
Mandela seorang pemrakarsa yang terlibat langsung dalam adanya pelbagai macam tindak
diskriminasi, terutama yang disebabkan oleh adanya stratifikasi etnis yang
tidak dapat dihindari yang terjadi pada masa itu. Dimensi sejarah juga
mendukung Teori yang dikemukakan oleh Donald L. Noel bahwa etnosentrisme
menjadi salah satu penyebab utama adanya stratifikasi etnis di suatu daerah
yang sama, Afrika Selatan.
Sama seperti yang telah dikemukakan oleh Soerjono
Soekanto bahwa adanya kesadaran dan faktor pengikat yang sama bahwa sebagai
warga kulit hitam yang sama-sama hak kebebasannya di rampas oleh penduduk berkulit putih,
memiliki struktur, kaidah, dan pola perilakuyang sama sebagai penduduk berkulit
hitam yang tertindas, serta bersistem dan berproses yang telah mereka lalui,
khususnya bagi para aktivis organisasi oposisi yang menginginkan adanya
kesamaan hak sebagai warga Negara di Afrika Selatan.
Pada awalnya, kelompok kulit hitam sebagai penduduk
pribumi di Afrika Selatan merasa tidak nyaman atas kedatangan kelompok kulit
putih ke negaranya, terlebih kulit putih yang semakin menindas mereka setiap
hari, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, maupun politik, serta hak-hak mereka
yang terampas seiring dengan kesewenang-wenangan kulit putih di negaranya.
Hingga pada suatu ketika, saat para aktivis yang tergabung dalam organisasi ANC
suatu organisasi oposisi di Lusaka membela dan memperjuangkan adanya persamaan
hak di antara warga Afrika Selatan, sejak saat itulah muncul adanya pelbagai
konflik dan persaingan antar kelompok kulit putih dan kulit hitam, para
pemimpin organisasi-organisasi tersebut dipenjarakan dan diasingkan. Hal ini
sesuai dengan teori Graham C. Kinloch yang mendefinisikan bahwa
kelompok-kelompok sosial seperti mereka memiliki kriteria tersendiri. Kriteria
fisiologis, yang didasarkan pada ciri fisik penduduk yang menetap di sana
(Afrika Selatan), berdasarkan warna kulitnya sehingga lahirlah istilah penduduk
kulit hitam dan kulit putih yang membatasi mereka. Perbedaan Budaya yang
terjadi antara kelompok kulit putih dengan kulit hitam juga memicu timbulnya
anggapan bahwa penduduk kulit putihlah yang lebih unggul di sana.
Penduduk kulit putih selalu menganggap bahwa orang
kulit hitam adalah kelompok orang yang memiliki martabat yang rendah,
gerombolan penjahat, penyebar komunis bahkan komplotan teroris. Ini bukanlah
antagonisme atau antipati yang dapat diberantas dengan pendidikan, karena pada
faktanya walaupun orang kulit putih yang berpendidikan setinggi apapun di sana tetap
saja mengakui dan menganggap bahwa derajat hidup orang negro berada di
bawahnya. Namun bukan pula stereotip yang kaku akan suatu kelompok ras dan
budaya yag dianut tanpa membuktikan adanya kebenaran citra buruk tersebut.
Tetapi hal ini merupakan cara kelompok kulit putih untuk mempertahankan
hidupnya dan tinggal di negara asing milik orang lain dengan tujuan untuk
menguasai tanpa mempunyai area atau wilayah Negara yang sah untuk ditinggali.
Pada masa itu pula dapat dikatakan sebagai adanya
dominasi kulit putih terhadap kulit hitam yang murni untuk memperoleh dan
mengeksploitasi sumber daya alamdan dilanjutkan dengan dominasi atas penduduk
setempat. Terdapat sekitar 40 juta jiwa kulit hitam yang diperintah oleh 20
juta warga kulit putih. Sama seperti apa yang diungkapkan oleh banton bahwa
terdapat pola hubungan antar kelompok pada suatu kelompok ras, yaitu kulit
putih yang mendominasi penduduk pribumi untuk mengeksploitasi mineral, bank,
industri, dan pelbagai kekayaan sumber daya alamnya yang kemudian
dilanjutkandengan dominasi atas penduduk setempat. Lebih tepatnya adalah
segregasi, seperti yang diunngkapkan oleh Kornblum bahwa pemisahan antara warga
kulit putih dan kulit hitam pada masa Apartheid adalah suatu proses di mana
dapat dilihat secara jelas bahwa adanya jurang pemisah antar kelompok
mereka.
Namun para penduduk kulit hitam tak tinggal diam
melihat dan mengalami hal ini, mereka membentuk suatu kelompok oposisi yang
menggerakkan massa untuk menolak adanya diskriminasi dan memperjuangkan hak-hak
hidup mereka. Seperti organisasi ANC yang diketuai oleh Mandela namun karena Ia
diasingkan di Pulau Robben, maka perjuangannya digantikan oleh putinya yang
melakukan perlawanan bersenjata untuk memprakarsai lahirnya Afrika Selatan Baru
yang terlepas dari adanya stratifikasi etnis yang berujung pada tindak
diskriminasi di sana.
Pada akhirnya, setelah 20 tahun dipenjarakan karena
memberotakdan melakukan segala macam perlawanan sebagai pimpinan pihak oposisi
akhirnya Ia mempunyai kesempatan untuk memproklamirkan kemerdekaan orang negro
sebagai warga Negara Afrika Selatan yang sah tanpa mengenal adanya
pengelompokan pada tahun 1994, Nelson Mandela menjadi presiden pertama Afrika
Selatan yang berasal dari golongan kaum kulit hitam. Rezim Apartheid telah
berakhir di Afrika Selatan.
Sungguh hebat kekuatan sebuah anggapan yang bahkan
terbawa hingga alam bawah sadar suatu kelompok terhadap kelompok lain sehingga
menyebabkan timbulnya pelbagai alasan yang tidak rasional dan sukar untuk
diberantas. Terlebih jika anggapan-anggapan itu telah mengakar pada benak
masing-masing pribadi dan diturunkan kepada generasi-generasi penerus suatu
bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar